Refleksi interpersonal communication (Minggu 6)

Minggu ke 6 materinya yaitu listening in IC. Ibu arlinah memberikan game kecil untuk lebih memahami tentang listening. Game tersebut adalah tentang satu orang membaca teks lalu menghapalnya setelah itu membisikannya ke tiap anggota. Ternyata sampai anggota terakhir kata-kata yang disampaikan berbeda jauh dari yang sebenarnya. Termasuk kelompok saya yang pada saat itu mendapat kesempatan untuk mencobanya. Dalam listening kita dapat melalui tahap - tahap listening yaitu receiving, understanding, remembering, evaluating dan responding.

Tahap pertama receiving, kita harus fokus pada saat pembicara tersebut bicara. Yang kita bicarakan harus sesuai situasi saat itu jangan sampai dia bicara tentang A kita malah jawab B. Lalu hindari adanya noise(gangguan) dan menyela pembicaraan.

Yang kedua yaitu understanding, jika kita belum jelas tentang hal yang dibicarakan usahakan untuk bertanya agar lebih jelas selain itu cari tahu informasi baru apa yang ingin kita cari. Kita juga harus menghindari untuk mengatakan mengerti padahal belum mengerti dan menyimpulkan topik pembicaraannya sebelum dia selesai bicara.Pada tahap ketiga adalah remembering, Ingat kembali kata kuncinya dan ulang kembali namanya. Jika kita dapta mengingat kembali apa yang sudah ia katakan akan membuat kita lebih paham yang dia maksudkan.

Tahap keempat yaitu evaluating, kita harus bertanya kembali kepadanya untuk klarifikasi dan selalu berpikiran positif. Pikiran yang positif akan memberikan hal yang lebih baik daripada berpikiran negatif. Hindari evaluasi yang belum matang atau kita belum jelas tentang hal yang dibicarakan tetapi sudah evaluasi sendiri berdasarkan opini kita.

Tahap terakhir adalah responding, tanggapilah setiap pembicaraannya dengan cara memberikan rasa tertarik kita terhadap topik pembicaraannya dan hormati setiap responnya. Bangunlah suasana yang mendukung dan harmonis agar pembicara tersebut senang ada yang mau mendengarkannya. Lalu ada macam – macam gaya dalam mendengarkan seperti emphatic-objective, surface depth, active-inactive, dan nonjudgmental-critical.

Emphatic-objective maksudnya kita dapat merasakan apa yang pembicara rasakan. Kita punya rasa untuk berempati terhadap hal yang di bicarakan dan usahakan kita tidak melawan pembicaraannya. Surface-depth artinya kita harus fokus pada verbal maupun nonverbal. Terkadang dia tidak mengatakan apa yang menjadi keinginannya jadi kita harus fokus juga pada hal-hal itu. Active-inactive adalah kita lebih aktif menanggapi yang dia bicarakan atau hanya tidur saat dia bicara. Kita harus menanyakan sesuatu dan ekspresikan jika kita aktif mendengarkan dia sedangkan untuk inactive sebaliknya. Dan terakhir adalah nonjudgmental-critical, jadilah pendengar yang kritis terhadap hal yang dia bicarakan selain itu buka pikiran kita terhadap hal – hal baru. Jika kita kritis menanggapinya, maka pembicara tersebut tidak akan bosan jika ia curhat lagi kepada kita.

Kesimpulan dari Listening in IC adalah kemampuan untuk mendengarkan sangatlah penting. Dengan kita belajar untuk menjadi pendengar yang baik maka kita akan menjadi pembicara yang baik pula. Usahakan kita harus selalu terbuka terhadap hal-hal baru dan kritis menanggapinya.

Refleksi interpersonal communication (Minggu 5)

Pada pertemuan IC ke 5 materi yang diberikan adalah tentang perception in IC. Dalam materi ini dibahas apa saja langkah-langkah seseorang membuat sebuah persepsi, perceptual process,and attributions process beserta kendalanya. Tahap-tahap terbentuknya sebuah persepsi adalah stimulation,organization,interpretation,memory, and recall.

Orang pertama kali akan stimulation dari pandangan yang dia lihat lalu mengelompokkan hasil stimulasinya kedalam aturan tertentu. Setelah dikelompokkan ia akan interpretation/evaluation hasil pengelompokkannya. Dari interpretation tersebut akan ia masukkan ke dalam memorynya lalu recall ulang persepsinya. Yang pada akhirnya jadilah sebuah persepsi yang terbentuk dari suatu pandangannya.

Persepsi tersebut dapat menimbulkan implikasi diantaranya yaitu not objectives, shortcuts, unreliable, ethnocentric dan misleading. Not objectives artinya persepsinya ia buat berdasarkan pemikiran atau pendapatnya sendiri. Sedangkan untuk misleading artinya persepsinya bisa saja menyesatkan karena tidak didukung hal yang ilmiah. Untuk shortcuts, unreliable, dan ethnocentric saya kurang begitu mengerti. Yang pasti pengertiannya tidak jauh – jauh dari implikasi dalam persepsi.

Perceptual process merupakan proses yang digunakan seseorang untuk membuat persepsinya, bisa melalui perception accentuation, consistency, primacy-recency, self fulfilling prophecy dan implicit personality theory. Perception accentuation artinya seseorang mulai membangun persepsi berdasarkan apa yang dia lihat pertam kali. Consistency artinya dia membangun persepsi hanya berdasarkan orang yang dia suka atau tidak suka. Dan primacy – recency adalah persepsi yang dibangun berdasarkan hal pertama atau terakhir dari tindakan seseorang yang menarik buat dia.

Selanjutnya ada cara – cara untuk meningkatkan akurasi dari perception yaitu analyze perception, check perception, reduce uncertainty, dan increasing cultural sensitivity. Melalui analyze perception kita dapat menghindari konklusi secara cepat. Maksudnya kita jadi langsung menyimpulkan dengan cepat persepsi kita. Check perception artinya kita jangan membaca pikiran seseorang karena bisa menimbulkan salah persepsi jika keliru membaca pikiran seseorang. Lalu reduce uncertainty, kita dapat menguranginya dengan cara mengumpulkan banyak informasi dari orang banyak. Yang terakhir adalah increasing cultural sensitivity, kita harus mengumpulkan banyak infor masi tentang budaya lain untuk mendukung apakah persepsi yang kita bangun sudah tepat.

Dari keseluruhan materi ini dapat disimpulkan bahwa persepsi harus di dukung dengan informasi yang banyak dan sudah teruji kebenarannya baru kita membangun persepsi kita terhadap seseorang. Jika tidak didukung banyak informasi maka akan menimbulkan persepsi yang menyesatkan dan tidak dapat di dipercaya kebenaran.