Minggu ke 6 materinya yaitu listening in IC. Ibu arlinah memberikan game kecil untuk lebih memahami tentang listening. Game tersebut adalah tentang satu orang membaca teks lalu menghapalnya setelah itu membisikannya ke tiap anggota. Ternyata sampai anggota terakhir kata-kata yang disampaikan berbeda jauh dari yang sebenarnya. Termasuk kelompok saya yang pada saat itu mendapat kesempatan untuk mencobanya. Dalam listening kita dapat melalui tahap - tahap listening yaitu receiving, understanding, remembering, evaluating dan responding.
Tahap pertama receiving, kita harus fokus pada saat pembicara tersebut bicara. Yang kita bicarakan harus sesuai situasi saat itu jangan sampai dia bicara tentang A kita malah jawab B. Lalu hindari adanya noise(gangguan) dan menyela pembicaraan.
Yang kedua yaitu understanding, jika kita belum jelas tentang hal yang dibicarakan usahakan untuk bertanya agar lebih jelas selain itu cari tahu informasi baru apa yang ingin kita cari. Kita juga harus menghindari untuk mengatakan mengerti padahal belum mengerti dan menyimpulkan topik pembicaraannya sebelum dia selesai bicara.Pada tahap ketiga adalah remembering, Ingat kembali kata kuncinya dan ulang kembali namanya. Jika kita dapta mengingat kembali apa yang sudah ia katakan akan membuat kita lebih paham yang dia maksudkan.
Tahap keempat yaitu evaluating, kita harus bertanya kembali kepadanya untuk klarifikasi dan selalu berpikiran positif. Pikiran yang positif akan memberikan hal yang lebih baik daripada berpikiran negatif. Hindari evaluasi yang belum matang atau kita belum jelas tentang hal yang dibicarakan tetapi sudah evaluasi sendiri berdasarkan opini kita.
Tahap terakhir adalah responding, tanggapilah setiap pembicaraannya dengan cara memberikan rasa tertarik kita terhadap topik pembicaraannya dan hormati setiap responnya. Bangunlah suasana yang mendukung dan harmonis agar pembicara tersebut senang ada yang mau mendengarkannya. Lalu ada macam – macam gaya dalam mendengarkan seperti emphatic-objective, surface depth, active-inactive, dan nonjudgmental-critical.
Emphatic-objective maksudnya kita dapat merasakan apa yang pembicara rasakan. Kita punya rasa untuk berempati terhadap hal yang di bicarakan dan usahakan kita tidak melawan pembicaraannya. Surface-depth artinya kita harus fokus pada verbal maupun nonverbal. Terkadang dia tidak mengatakan apa yang menjadi keinginannya jadi kita harus fokus juga pada hal-hal itu. Active-inactive adalah kita lebih aktif menanggapi yang dia bicarakan atau hanya tidur saat dia bicara. Kita harus menanyakan sesuatu dan ekspresikan jika kita aktif mendengarkan dia sedangkan untuk inactive sebaliknya. Dan terakhir adalah nonjudgmental-critical, jadilah pendengar yang kritis terhadap hal yang dia bicarakan selain itu buka pikiran kita terhadap hal – hal baru. Jika kita kritis menanggapinya, maka pembicara tersebut tidak akan bosan jika ia curhat lagi kepada kita.
Kesimpulan dari Listening in IC adalah kemampuan untuk mendengarkan sangatlah penting. Dengan kita belajar untuk menjadi pendengar yang baik maka kita akan menjadi pembicara yang baik pula. Usahakan kita harus selalu terbuka terhadap hal-hal baru dan kritis menanggapinya.
Refleksi interpersonal communication (Minggu 5)
Pada pertemuan IC ke 5 materi yang diberikan adalah tentang perception in IC. Dalam materi ini dibahas apa saja langkah-langkah seseorang membuat sebuah persepsi, perceptual process,and attributions process beserta kendalanya. Tahap-tahap terbentuknya sebuah persepsi adalah stimulation,organization,interpretation,memory, and recall.
Orang pertama kali akan stimulation dari pandangan yang dia lihat lalu mengelompokkan hasil stimulasinya kedalam aturan tertentu. Setelah dikelompokkan ia akan interpretation/evaluation hasil pengelompokkannya. Dari interpretation tersebut akan ia masukkan ke dalam memorynya lalu recall ulang persepsinya. Yang pada akhirnya jadilah sebuah persepsi yang terbentuk dari suatu pandangannya.
Persepsi tersebut dapat menimbulkan implikasi diantaranya yaitu not objectives, shortcuts, unreliable, ethnocentric dan misleading. Not objectives artinya persepsinya ia buat berdasarkan pemikiran atau pendapatnya sendiri. Sedangkan untuk misleading artinya persepsinya bisa saja menyesatkan karena tidak didukung hal yang ilmiah. Untuk shortcuts, unreliable, dan ethnocentric saya kurang begitu mengerti. Yang pasti pengertiannya tidak jauh – jauh dari implikasi dalam persepsi.
Perceptual process merupakan proses yang digunakan seseorang untuk membuat persepsinya, bisa melalui perception accentuation, consistency, primacy-recency, self fulfilling prophecy dan implicit personality theory. Perception accentuation artinya seseorang mulai membangun persepsi berdasarkan apa yang dia lihat pertam kali. Consistency artinya dia membangun persepsi hanya berdasarkan orang yang dia suka atau tidak suka. Dan primacy – recency adalah persepsi yang dibangun berdasarkan hal pertama atau terakhir dari tindakan seseorang yang menarik buat dia.
Selanjutnya ada cara – cara untuk meningkatkan akurasi dari perception yaitu analyze perception, check perception, reduce uncertainty, dan increasing cultural sensitivity. Melalui analyze perception kita dapat menghindari konklusi secara cepat. Maksudnya kita jadi langsung menyimpulkan dengan cepat persepsi kita. Check perception artinya kita jangan membaca pikiran seseorang karena bisa menimbulkan salah persepsi jika keliru membaca pikiran seseorang. Lalu reduce uncertainty, kita dapat menguranginya dengan cara mengumpulkan banyak informasi dari orang banyak. Yang terakhir adalah increasing cultural sensitivity, kita harus mengumpulkan banyak infor masi tentang budaya lain untuk mendukung apakah persepsi yang kita bangun sudah tepat.
Dari keseluruhan materi ini dapat disimpulkan bahwa persepsi harus di dukung dengan informasi yang banyak dan sudah teruji kebenarannya baru kita membangun persepsi kita terhadap seseorang. Jika tidak didukung banyak informasi maka akan menimbulkan persepsi yang menyesatkan dan tidak dapat di dipercaya kebenaran.
Orang pertama kali akan stimulation dari pandangan yang dia lihat lalu mengelompokkan hasil stimulasinya kedalam aturan tertentu. Setelah dikelompokkan ia akan interpretation/evaluation hasil pengelompokkannya. Dari interpretation tersebut akan ia masukkan ke dalam memorynya lalu recall ulang persepsinya. Yang pada akhirnya jadilah sebuah persepsi yang terbentuk dari suatu pandangannya.
Persepsi tersebut dapat menimbulkan implikasi diantaranya yaitu not objectives, shortcuts, unreliable, ethnocentric dan misleading. Not objectives artinya persepsinya ia buat berdasarkan pemikiran atau pendapatnya sendiri. Sedangkan untuk misleading artinya persepsinya bisa saja menyesatkan karena tidak didukung hal yang ilmiah. Untuk shortcuts, unreliable, dan ethnocentric saya kurang begitu mengerti. Yang pasti pengertiannya tidak jauh – jauh dari implikasi dalam persepsi.
Perceptual process merupakan proses yang digunakan seseorang untuk membuat persepsinya, bisa melalui perception accentuation, consistency, primacy-recency, self fulfilling prophecy dan implicit personality theory. Perception accentuation artinya seseorang mulai membangun persepsi berdasarkan apa yang dia lihat pertam kali. Consistency artinya dia membangun persepsi hanya berdasarkan orang yang dia suka atau tidak suka. Dan primacy – recency adalah persepsi yang dibangun berdasarkan hal pertama atau terakhir dari tindakan seseorang yang menarik buat dia.
Selanjutnya ada cara – cara untuk meningkatkan akurasi dari perception yaitu analyze perception, check perception, reduce uncertainty, dan increasing cultural sensitivity. Melalui analyze perception kita dapat menghindari konklusi secara cepat. Maksudnya kita jadi langsung menyimpulkan dengan cepat persepsi kita. Check perception artinya kita jangan membaca pikiran seseorang karena bisa menimbulkan salah persepsi jika keliru membaca pikiran seseorang. Lalu reduce uncertainty, kita dapat menguranginya dengan cara mengumpulkan banyak informasi dari orang banyak. Yang terakhir adalah increasing cultural sensitivity, kita harus mengumpulkan banyak infor masi tentang budaya lain untuk mendukung apakah persepsi yang kita bangun sudah tepat.
Dari keseluruhan materi ini dapat disimpulkan bahwa persepsi harus di dukung dengan informasi yang banyak dan sudah teruji kebenarannya baru kita membangun persepsi kita terhadap seseorang. Jika tidak didukung banyak informasi maka akan menimbulkan persepsi yang menyesatkan dan tidak dapat di dipercaya kebenaran.
Refleksi interpersonal communication (Minggu 4)
Minggu ini aku mempelajari tentang “the self” atau diri sendiri. The self memiliki beberapa macam yaitu, self concept, self esteem, self awareness, self disclosure dan apprehension. Tiap macam the self memiliki arti tertentu dan sangat baik untuk di pelajari.
Mulai dari self concept, adalah konsep diri yang kita miliki sejak kecil. Seperti cara kita tertawa, bicara, marah, dan ekspresi kita dalam menjalani hidup. Konsep diri kita juga dapat memiliki ciri sanguin, choleric, melancholic dan phlegmatic.
Self awareness merupakan kemampuan atau potensi yang ada dalam diri kita. Kita memiliki potensi yang tersembunyi dan belum dikeluarkan. Untuk mencari tahu potensi tersebut kita dapat mendengarkan orang lain, bertanya pada diri sendiri, atau berusaha terbuka terhadap masukan dari luar. Menurut johari windows self awareness yaitu open(aku tahu kamu tahu), blind (aku tidak tahu kamu tahu), hidden (aku tahu kamu tidak tahu) dan unknown (aku tidak tahu kamu tidak tahu).
Self esteem yaitu berkaitan dengan harga diri kita. Kita dapat meningkatkan self esteem dengan cara bekerja dengan keras yang dapat menuju kesuksesan, mencari orang – orang yang bermanfaat bagi kemajuan kita, dan amankan sumpah kita.
Selanjutnya self disclosure, merupakan keterbukaan diri terhadap lingkungan. Jadi apa yang menjadi perilakumu, kualitas atau karakteristikmu, keinginan, suka atau tidak sukai dan dipercaya, filosofi hidupmu menjadi sesuatu yang penting untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Jika kita dapat terbuka maka kita dapat keuntungan berupa kesehatan psikis,efektivitas komunikasi dan bertambahnya pengetahuan diri. Tetapi ada resikonya yaitu kita digosipkan,hubungan relasi rusak, atau kita dipecat dari pekerjaan.
Lalu yang terakhir adalah apprehension atau keprihatinan. Definisinya adalah keenganan untuk berkomunikasi, rasa malu, dan sikap diam. Apprehension dipengaruhi juga oleh keinginan untuk sukses atau tidak, status, dan pengalaman berkomunikasi. Kita dapat melatih apprehension kita dengan cara menyiapkannya , berdoa, dan fokus pada sukses.
Kita harus dapat mengembangkan berbagai self diatas, agar apa yang menjadi tujuan hidup kita tercapai. Selain itu dengan lebih mengenal diri sendiri, kita akan mengerti apa saja sebenarnya potensi yang dimilliki dan dapat dikembangkan.
Mulai dari self concept, adalah konsep diri yang kita miliki sejak kecil. Seperti cara kita tertawa, bicara, marah, dan ekspresi kita dalam menjalani hidup. Konsep diri kita juga dapat memiliki ciri sanguin, choleric, melancholic dan phlegmatic.
Self awareness merupakan kemampuan atau potensi yang ada dalam diri kita. Kita memiliki potensi yang tersembunyi dan belum dikeluarkan. Untuk mencari tahu potensi tersebut kita dapat mendengarkan orang lain, bertanya pada diri sendiri, atau berusaha terbuka terhadap masukan dari luar. Menurut johari windows self awareness yaitu open(aku tahu kamu tahu), blind (aku tidak tahu kamu tahu), hidden (aku tahu kamu tidak tahu) dan unknown (aku tidak tahu kamu tidak tahu).
Self esteem yaitu berkaitan dengan harga diri kita. Kita dapat meningkatkan self esteem dengan cara bekerja dengan keras yang dapat menuju kesuksesan, mencari orang – orang yang bermanfaat bagi kemajuan kita, dan amankan sumpah kita.
Selanjutnya self disclosure, merupakan keterbukaan diri terhadap lingkungan. Jadi apa yang menjadi perilakumu, kualitas atau karakteristikmu, keinginan, suka atau tidak sukai dan dipercaya, filosofi hidupmu menjadi sesuatu yang penting untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Jika kita dapat terbuka maka kita dapat keuntungan berupa kesehatan psikis,efektivitas komunikasi dan bertambahnya pengetahuan diri. Tetapi ada resikonya yaitu kita digosipkan,hubungan relasi rusak, atau kita dipecat dari pekerjaan.
Lalu yang terakhir adalah apprehension atau keprihatinan. Definisinya adalah keenganan untuk berkomunikasi, rasa malu, dan sikap diam. Apprehension dipengaruhi juga oleh keinginan untuk sukses atau tidak, status, dan pengalaman berkomunikasi. Kita dapat melatih apprehension kita dengan cara menyiapkannya , berdoa, dan fokus pada sukses.
Kita harus dapat mengembangkan berbagai self diatas, agar apa yang menjadi tujuan hidup kita tercapai. Selain itu dengan lebih mengenal diri sendiri, kita akan mengerti apa saja sebenarnya potensi yang dimilliki dan dapat dikembangkan.
Refleksi interpersonal communication (Minggu 3)
Pada minggu ke tiga ibu arlinah menyuruh kami untuk membagi kelompok kecil untuk membahas perbedaan budaya yang ada di tiap daerah masing – masing. Kebetula di kelompokku ada anak dari semarang dan surabaya. Pada kelompok tersebut aku dan anggota kelompok mencari perbedaan masing – masing budaya dalam daerah masing – masing. Setelah dirundingkan ternyata banyak sekali perbedaan – perbedaan yang ada di tiap daerah masing – masing. Mulai dari cara bicara, tingkah laku, kebiasaan dll.
Cultural differences yang terjadi diantara daerah – daerah tersebut ternyata dapat disebabkan karena empat hal yaitu, power distances, Individual vs collectivist, masculine vs feminine, dan high vs low context.
Power distances merupakan perbedaan budaya karena adanya perbedaan kekuasaan antara kedua pihak. Misalnya power distances antara pemerintah dan rakyat. Pemerintah memiliki kekuasaan lebih untuk mengatur negara sedangkan rakyat tidak mendapatkan wewenang untuk melakukan hal lebih seperti pemerintah. Kebanyakan High power culture hanya dimiliki oleh sebagian orang seperti pejabat – pejabat pemerintah sedangkan low power culture dimiliki hampir kebanyakan orang seperti rakyat.
Individual vs collectivist adalah perbedaan budaya tentang keinginan individu tidak ingin memikirkan orang lain dan individu yang mementingkan atau perhatian terhadap orang lain. Individual lebih kepada ingin mandiri dan tidak suka perhatian terhadap orang lain. Sedangkan collectivist merupakan individu yang lebih senang berinteraksi dan memperhatikan orang lain.
Masculine vs feminine bukan tentang pria dan wanita. Tetapi membahas tentang bagaimana seseorang tersebut menjalani hidupnya. Misalnya untuk masculine, orang tersebut penuh semangat dan ambisius dalam memcapai tujuan – tujuan dalam hidupnya. Jika feminine, orang itu lebih bersifat pasrah dan kalem dalam mencapai tujuan – tujuan hidupnya.
Cultural differences terakhir adalah high vs low context yaitu perbedaan dalam menanggapi sesuatu hal. Misalnya jika high context, ia lebih cepat paham materi atau maksud dari yang dibicarakan. Sedangkan low context ia lebih cenderung tidak mengerti dan salah paham menanggapi maksud lawan bicaranya.
Kami juga mendramakan topik – topik diatas dengan masing – masing kelompok. Tiap kelompok mendramakan dengan sangat baik. Pesan yang ingin disampaikan juga sangat jelas sesuai dengan topiknya.
Dari keseluruhan cultural differences tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh budaya di tiap daerah dapat dipengaruhi salah satu cultural differences tersebut. Tiap daerah juga pasti memiliki cultural differences khas sendiri yang tidak dapat disamakan dengan budaya daerah lain.
Cultural differences yang terjadi diantara daerah – daerah tersebut ternyata dapat disebabkan karena empat hal yaitu, power distances, Individual vs collectivist, masculine vs feminine, dan high vs low context.
Power distances merupakan perbedaan budaya karena adanya perbedaan kekuasaan antara kedua pihak. Misalnya power distances antara pemerintah dan rakyat. Pemerintah memiliki kekuasaan lebih untuk mengatur negara sedangkan rakyat tidak mendapatkan wewenang untuk melakukan hal lebih seperti pemerintah. Kebanyakan High power culture hanya dimiliki oleh sebagian orang seperti pejabat – pejabat pemerintah sedangkan low power culture dimiliki hampir kebanyakan orang seperti rakyat.
Individual vs collectivist adalah perbedaan budaya tentang keinginan individu tidak ingin memikirkan orang lain dan individu yang mementingkan atau perhatian terhadap orang lain. Individual lebih kepada ingin mandiri dan tidak suka perhatian terhadap orang lain. Sedangkan collectivist merupakan individu yang lebih senang berinteraksi dan memperhatikan orang lain.
Masculine vs feminine bukan tentang pria dan wanita. Tetapi membahas tentang bagaimana seseorang tersebut menjalani hidupnya. Misalnya untuk masculine, orang tersebut penuh semangat dan ambisius dalam memcapai tujuan – tujuan dalam hidupnya. Jika feminine, orang itu lebih bersifat pasrah dan kalem dalam mencapai tujuan – tujuan hidupnya.
Cultural differences terakhir adalah high vs low context yaitu perbedaan dalam menanggapi sesuatu hal. Misalnya jika high context, ia lebih cepat paham materi atau maksud dari yang dibicarakan. Sedangkan low context ia lebih cenderung tidak mengerti dan salah paham menanggapi maksud lawan bicaranya.
Kami juga mendramakan topik – topik diatas dengan masing – masing kelompok. Tiap kelompok mendramakan dengan sangat baik. Pesan yang ingin disampaikan juga sangat jelas sesuai dengan topiknya.
Dari keseluruhan cultural differences tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh budaya di tiap daerah dapat dipengaruhi salah satu cultural differences tersebut. Tiap daerah juga pasti memiliki cultural differences khas sendiri yang tidak dapat disamakan dengan budaya daerah lain.
Refleksi interpersonal communication (Minggu 2)
Pada minggu ini Ibu arlinah menjelaskan berbagai macam contoh dari feedback dan noise. Feedback adalah timbal balik komunikasi yang diberikan seseorang saat kita berkomunikasi dengannya atau komentar yang seseorang berikan terhadap tingkah laku kita. Sedangkan noise adalah gangguan – gangguan yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Jenis – jenis feedback yaitu positive-negative, person focused-message focused, Immediate-delayed, low monitoring-high monitoring dan supportive-critical. Lalu jenis – jenis noise adalah physiological, psychological, physical dan semantic.
Feedback positive-negative artinya adalah komentar yang diberikan seseorang yang dapat berupa positive atau negative. Misal untuk positive, “kamu pandai sekali menggunakan komputer” sedangkan untuk negative, “Hasil kerjamu selalu jelek dan mengecewakan”. Feedback person focused-message focused maksudnya adalah komentar yang hanya untuk individual saja atau hanya berupa pesan khusus kepada individu tertentu. Misalnya untuk person focused, “ kamu terlihat sangat menawan” sedangkan untuk message focused, “wah sepatumu keren sekali”.
Feedback immediate-delayed artinya adalah komentar yang diucapkan dapat bersifar segera atau dapat ditunda. Misalnya untuk immediate kita dapat membalas komentarnya langsung secara tatap muka dan delayed kita dapat membalasnya melalui email atau sms. Feedback low monitoring-high monitoring maksudnya adalah komentar seseorang dapat direspon dengan cepat atau perlu dipikir dahulu untuk membalasnya. Misalnya untuk low monitoring, “yah aku paham yang guru ajarkan” sedangkan kalau high monitoring, “eem..maksudnya apa sih dia bicara tadi..”. Feedback terakhir adalah supportive-critical maksudnya komentar yang diberikan dapat mendukung seseorang atau tidak mendukungnya tetapi sedikit di kritik. Misalnya untuk supportive,”aku setuju denganmu” sedangkan critical, “idemu bagus tetapi lebih baik lagi kalau...”.
Selanjutnya kita beralih ke noise. Noise pertama yang akan kita bahas adalah noise physical. Noise ini terjadi karena ada gangguan fisik yang terjadi antara dua orang yang sedang berkomunikasi. Misalnya saja saat ada 2 orang yang saling berteriak satu sama lain sehingga tidak ada salah satu dari orang tersebut yang mampu mendengar komunikasi lawannya. Lalu ada noise physiological maksudnya noise yang terjadi karena ada gangguan indera pada tubuhnya. Misalnya saja tuna rungu tidak dapat mendengar apapun yang lawan bicaranya bicarakan jika tidak disentuh pundaknya.
Noise berikutnya adalah phychological maksudnya adalah noise tersebut terjadi karena ada konflik secara sosial di lingkungannya. Misalnya seorang anak kulit hitam ingin meminta makan kepada orang kulit putih, lalu orang kulit putih tersebut menaggapi kalau anak itu menyinggung masalah apartheid. Noise terakhir adalah noise semantic , noise ini maksudnya noise yang terjadi karena orang yang kita ajak bicara menjawab pertanyaan kita dengan jawaban yang singkat padahal kita ingin jawaban yang panjang. Misalnya, “apakah bedanya universitas dengan sma ? lalu lawannya menjawab banyak”.
Dari jenis-jenis feedback dan noise aku dapat mempelajari bahwa dalam kita berkomunikasi ternyata ada arti-arti tertentu. Dalam memberikan feedback aku jadi tahu bagaimana memberikan feedback yang baik selain itu dari noise aku belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain lancar dan tidak terjadi gangguan.
Feedback positive-negative artinya adalah komentar yang diberikan seseorang yang dapat berupa positive atau negative. Misal untuk positive, “kamu pandai sekali menggunakan komputer” sedangkan untuk negative, “Hasil kerjamu selalu jelek dan mengecewakan”. Feedback person focused-message focused maksudnya adalah komentar yang hanya untuk individual saja atau hanya berupa pesan khusus kepada individu tertentu. Misalnya untuk person focused, “ kamu terlihat sangat menawan” sedangkan untuk message focused, “wah sepatumu keren sekali”.
Feedback immediate-delayed artinya adalah komentar yang diucapkan dapat bersifar segera atau dapat ditunda. Misalnya untuk immediate kita dapat membalas komentarnya langsung secara tatap muka dan delayed kita dapat membalasnya melalui email atau sms. Feedback low monitoring-high monitoring maksudnya adalah komentar seseorang dapat direspon dengan cepat atau perlu dipikir dahulu untuk membalasnya. Misalnya untuk low monitoring, “yah aku paham yang guru ajarkan” sedangkan kalau high monitoring, “eem..maksudnya apa sih dia bicara tadi..”. Feedback terakhir adalah supportive-critical maksudnya komentar yang diberikan dapat mendukung seseorang atau tidak mendukungnya tetapi sedikit di kritik. Misalnya untuk supportive,”aku setuju denganmu” sedangkan critical, “idemu bagus tetapi lebih baik lagi kalau...”.
Selanjutnya kita beralih ke noise. Noise pertama yang akan kita bahas adalah noise physical. Noise ini terjadi karena ada gangguan fisik yang terjadi antara dua orang yang sedang berkomunikasi. Misalnya saja saat ada 2 orang yang saling berteriak satu sama lain sehingga tidak ada salah satu dari orang tersebut yang mampu mendengar komunikasi lawannya. Lalu ada noise physiological maksudnya noise yang terjadi karena ada gangguan indera pada tubuhnya. Misalnya saja tuna rungu tidak dapat mendengar apapun yang lawan bicaranya bicarakan jika tidak disentuh pundaknya.
Noise berikutnya adalah phychological maksudnya adalah noise tersebut terjadi karena ada konflik secara sosial di lingkungannya. Misalnya seorang anak kulit hitam ingin meminta makan kepada orang kulit putih, lalu orang kulit putih tersebut menaggapi kalau anak itu menyinggung masalah apartheid. Noise terakhir adalah noise semantic , noise ini maksudnya noise yang terjadi karena orang yang kita ajak bicara menjawab pertanyaan kita dengan jawaban yang singkat padahal kita ingin jawaban yang panjang. Misalnya, “apakah bedanya universitas dengan sma ? lalu lawannya menjawab banyak”.
Dari jenis-jenis feedback dan noise aku dapat mempelajari bahwa dalam kita berkomunikasi ternyata ada arti-arti tertentu. Dalam memberikan feedback aku jadi tahu bagaimana memberikan feedback yang baik selain itu dari noise aku belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain lancar dan tidak terjadi gangguan.
Refleksi interpersonal communication (Minggu 1)
Pertama kali mendengar interpersonal communication, aku pikir materi yang diberikan hanya seputar komunikasi biasa antar manusia. Ternyata tidak seperti itu, IC juga memberikan materi - materi lain seperti noise, konsep diri dan lain-lain.
Selain itu dalam IC kita juga dapat belajar bagaimana berkomunikasi yang efektif. Kita jadi mengerti sebenarnya komunikasi sehari – hari kita dengan orang lain itu sudah bagus apa belum. Di samping itu ada hal menarik dari IC yaitu ada LIGHT (love,integrity,growth,humility,truth).
Love didefinisikan kasih kita terhadap sesama. Kita mau berbagi dengan orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Jika ada orang yang sedih kita menghiburnya dan jika ada orang yang sedang sakit kita menjenguknya.
Integrity didefinisikan aksi kita dalam menanggapi sesuatu. Contohnya seperti jika kita melihat orang kesusahan, apakah kita mau langsung membantunya dll. Integritas lebih ditekankan pada aksi kita untuk langsung terlibat membantu sesama.
Lalu ada growth, kita tumbuh berkembang dari pengalaman – pengalaman hidup kita. Dari pengalaman tersebut kita belajar untuk memperbaiki dan mengembangkan diri lebih baik lagi.
Humility adalah kerendahan hati antar sesama manusia. Kita bersikap rendah hati untuk mendapatkan teman dan dengan rendah hati orang lain lebih mudah menerima kita.
Truth didefinisikan kebenaran menuntun kepada kehidupan sejati. Kebenaran sangat dibutuhkan untuk kehidupan kita. Dengan kita bersikap benar dalam hidup maka orang lain dapat percaya terhadap kita. Jika kita sering bertindak berbohong kepada orang lain maka orang lain akan menjauhi kita dan tidak akan mau menjadi sahabat yang mendukung kehidupan kita.
Dari LIGHT tersebut aku dapat belajar bahwa kita membutuhkan orang lain untuk membantu kita sukses dalam hidup. Kita juga harus lebih perhatian terhadap lingkungan dan orang lain. Maka kita harus dapat berkomunikasi yang baik terhadap sesama dan IC banyak memberikan bantuan kepada kita untuk berkomunikasi dengan baik.
Selain itu dalam IC kita juga dapat belajar bagaimana berkomunikasi yang efektif. Kita jadi mengerti sebenarnya komunikasi sehari – hari kita dengan orang lain itu sudah bagus apa belum. Di samping itu ada hal menarik dari IC yaitu ada LIGHT (love,integrity,growth,humility,truth).
Love didefinisikan kasih kita terhadap sesama. Kita mau berbagi dengan orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Jika ada orang yang sedih kita menghiburnya dan jika ada orang yang sedang sakit kita menjenguknya.
Integrity didefinisikan aksi kita dalam menanggapi sesuatu. Contohnya seperti jika kita melihat orang kesusahan, apakah kita mau langsung membantunya dll. Integritas lebih ditekankan pada aksi kita untuk langsung terlibat membantu sesama.
Lalu ada growth, kita tumbuh berkembang dari pengalaman – pengalaman hidup kita. Dari pengalaman tersebut kita belajar untuk memperbaiki dan mengembangkan diri lebih baik lagi.
Humility adalah kerendahan hati antar sesama manusia. Kita bersikap rendah hati untuk mendapatkan teman dan dengan rendah hati orang lain lebih mudah menerima kita.
Truth didefinisikan kebenaran menuntun kepada kehidupan sejati. Kebenaran sangat dibutuhkan untuk kehidupan kita. Dengan kita bersikap benar dalam hidup maka orang lain dapat percaya terhadap kita. Jika kita sering bertindak berbohong kepada orang lain maka orang lain akan menjauhi kita dan tidak akan mau menjadi sahabat yang mendukung kehidupan kita.
Dari LIGHT tersebut aku dapat belajar bahwa kita membutuhkan orang lain untuk membantu kita sukses dalam hidup. Kita juga harus lebih perhatian terhadap lingkungan dan orang lain. Maka kita harus dapat berkomunikasi yang baik terhadap sesama dan IC banyak memberikan bantuan kepada kita untuk berkomunikasi dengan baik.
Subscribe to:
Posts (Atom)